Pak Lurah memiliki hobi memelihara burung bermacam-macam jenisnya.
Pada suatu pagi, burungnya hilang semua karena dicuri orang. Merasa ulah si maling sudah keterlaluan maka pak lurah merencanakan untuk membawa masalah ini di pertemuan warga. Sekitar 200 warga hadir.
Setelah berbicara panjang lebar soal moral, si pak lurah bertanya “Siapa yang punya burung?”
Seluruh laki-laki yang hadir segera berdiri.
Menyadari kesalahannya dalam bertanya pak lurah buru buru berkata ,”Bukan itu maksud saya? Maksud saya adalah, siapa yang pernah melihat burung?”
Seluruh warga wanita berdiri.
“Wah...gawat…”pikir pak lurah.
Muka Pak Lurah semakin marah, dan juga makin gugup, ia berkata lagi, ”Maaf sekali lagi, bukan ke arah situ pertanyaan saya, maksud saya adalah siapa yang pernah melihat burung saya?”
Segera 5 wanita berdiri.
Pak Lurah langsung lari pontang-panting melihat Bu Lurah berlari dengan membawa sapu lidi.
Pada suatu pagi, burungnya hilang semua karena dicuri orang. Merasa ulah si maling sudah keterlaluan maka pak lurah merencanakan untuk membawa masalah ini di pertemuan warga. Sekitar 200 warga hadir.
Setelah berbicara panjang lebar soal moral, si pak lurah bertanya “Siapa yang punya burung?”
Seluruh laki-laki yang hadir segera berdiri.
Menyadari kesalahannya dalam bertanya pak lurah buru buru berkata ,”Bukan itu maksud saya? Maksud saya adalah, siapa yang pernah melihat burung?”
Seluruh warga wanita berdiri.
“Wah...gawat…”pikir pak lurah.
Muka Pak Lurah semakin marah, dan juga makin gugup, ia berkata lagi, ”Maaf sekali lagi, bukan ke arah situ pertanyaan saya, maksud saya adalah siapa yang pernah melihat burung saya?”
Segera 5 wanita berdiri.
Pak Lurah langsung lari pontang-panting melihat Bu Lurah berlari dengan membawa sapu lidi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar